Selasa, 03 Juli 2012

Keadaan Pulau Sumba-NTT


TUGAS PAPPER
O
L
E
H
NAMA        : CORNELIA INA KII
NIM            : 2011245029
JURUSAN   : USAHA PERJALANAN WISATA












KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan paper ini  dengan baik tanpa ada hambatan apapun.
Penulisan paper ini merupakan salah satu tugas dan persiaratan untuk mengetahui keadaan dan adat istiadat pulau Sumba
Dalam penulisan paper ini saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu dan teman-teman yang menyempatkan diri untuk membaca dan menyimaknya,semoga bermanfaat.
Dalam penulisan paper ini saya merasah masih banyak kekurangan-kekurangan, baik teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat saya perluhkan untuk menyempurnahkan paper ini.











Vl



DAFTAR ISI

Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur...................................................................................... 1
Defenisi pulau Sumba................................................................................................................ 2
Nama suku di pulau Sumba........................................................................................................ 3
Sajarah manusia raksasa di Sumba Timur................................................................................... 4
Umum informasi pulau Sumba.................................................................................................... 6
Pulau Sumba panas..................................................................................................................... 7
Pasola sebagai adat istiadat pulau Sumba................................................................................... 8
Cerita terjadinya pasola
(Darah keringat dan ceria )........................................................................................................... 9
Pasola di Sumba Barat................................................................................................................. 14
Kisah pasolah di Kodi................................................................................................................... 15
Jadwal pasola di Kodi............................................................................................................................................. 20








Vll

PULAU SUMBA
DI
NUSA TENGGARA TIMUR


Resolusi penuh ‎(2.119 × 1.467 piksel, ukuran berkas: 1,4 MB

1


      Defenisi Pulau Sumba
       Pulau Sumba adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Luas wilayahnya 10.710 km², dan titik tertingginya Gunung Wanggameti (1.225 m). Sumba berbatasan dengan Sumbawa di sebelah barat laut, Flores di timur laut, Timor di timur, dan Australia di selatan dan tenggara. Selat Sumba terletak di utara pulau ini. Di bagian timur terletak Laut Sawu serta Samudra Hindia terletak di sebelah selatan dan barat.
     Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini sendiri terdiri dari empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. Kota terbesarnya adalah Waingapu, ibukota Kabupaten Sumba Timur. Kota tersebut juga terdapat bandar udara dan pelabuhan laut yang menghubungkan Pulau Sumba dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia seperti Pulau Sumbawa, Pulau Flores, dan Pulau Timor.
     Sebelum dikunjungi bangsa Eropa pada 1522, Sumba dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Sejak 1866, pulau ini dikuasai oleh Hindia-Belanda dan selanjutnya menjadi bagian dari Indonesia.
    Masyarakat Sumba secara rasial merupakan campuran dari ras Mongoloid dan Melanesoid. Sebagian besar penduduknya menganut kepercayaan animisme Marapu dan agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik. Kaum muslim dalam jumlah kecil dapat ditemukan di sepanjang kawasan pesisir.

  





2

 NAMA SUKU DI PULAU SUMBA
v  Waikabubak
Sebuah kota kecil yang rapi di bagian Barat pulau Sumba, penuh kuburan tua diukir dalam motif dari tanduk kerbau, kepala manusia, kuda, pria telanjang atau wanita melambangkan status sosial atau kekayaan rakyat. Sumba Barat adalah kabupaten yang modal Waikabubak. Hal ini dapat dicapai dengan pesawat dari Kupang melalui Waingapu dan Denpasar melalui Bima. Di Waikabubak, Anda dapat melihat menemukan kuburan megalitik Kadung Tana, Watu Karagata, dan Bulu Peka Mila. Tarung Desa merupakan pusat upacara penting, yang terletak di atas bukit atas barat Waikabubak.

v  Anakalang
Desa Anakalang dikenal dengan kuburan megalitik terbesar di Sumba. Makam selalu dengan ukiran yang tidak biasa. Anakalang adalah situs dari Purung Takadonga Ratu, sebuah festival massa penting pernikahan diselenggarakan setiap dua tahun, pada tanggal ditentukan oleh bulan purnama.

v  Waingapu
Waingapu adalah ibukota kabupaten Sumba Timur, diketahui dengan Ikat tenun tradisional dan beberapa kuburan megalitik juga ditemukan di daerah ini.


v  Rende
Rende adalah desa pemandangan beberapa gaya tradisional tanduk kerbau menghiasi rumah Sumba dan sejumlah besar kuburan batu berukir.


v  Kaliuda
Salah satu Ikat tenun pusat daerah. Di sini dapat melihat kualitas tinggi tradisional Sumba Ikat dalam proses.


v  tenun ikat
Ikat tekstil di Sumba bekerja sebuah dipertukarkan pada upacara-upacara penting untuk menunjukkan status sosial seseorang. Di pemakaman, tekstil yang paling indah akan ditempatkan di kuburan untuk digunakan di dunia setelah.

3

  
   Sejarah Manusia Raksasa Sumba Timur
http://4.bp.blogspot.com/_vgwZcuV17Uo/TS3U4zzbV-I/AAAAAAAAApM/pqowCiqfzhs/s200/images.jpg
Ilustrasi

Dari tiga puluh cerita rakyat Sumba Timur yang berhasil penulis himpun belum lama ini, sebagian besar bercerita tentang mulimongga (manusia raksasa), tentang meurumba (singa dan harimau). Di Sumba Barat ada cerita tentang gajah.

Dalam image orang Sumba diyakini, bahwa manusia raksasa itu memiliki tinggi badan 4 meter, dan sekali melangkah bisa mencapai beberapa ratus meter. Ini sebuah hiperbolisme tentunya, mengingat Homo Neanderthal yang ditemukan di Dusseldorf Jerman Barat pada 1856 mempunyai tinggi badan hanya 210 cm, berat badan 150 kg, serta volume otak 2000cc (orang Eropa modern 1480-1550 cc).

Manusia raksasa Sumba Barat disebut maghurumba atau meurumba, sedangkan di Sumba Timur disebut mulimongga dengan ciri-ciri bulu panjang, gigi sebesar kapak, sekali melangkah beberapa ratus meter, karena itu suku Kambera menyebutnya “punggu pala” yang artinya potong kompas.

Sifat-sifat manusia raksasa Sumba, bodoh, takut anjing, takut mendengar suara tokek, kanibalistis. Hal ini mengingatkan kita pada Homo Soloensis yang hidup 429.000 – 236.000 tahun yang lalu, yang menurut Dr. Frans Dahler dalam bukunya Asal dan Tujuan Manusia juga kanibalis. Kecuali itu tutur kata manusia raksasa Sumba dikatakan belum sempurna sama seperti anak-anak yang beru belajar berbicara, mengingatkan kita pada Homo Neanderthal yang hidup 250.000 tahun yang lalu juga halnya sama.

Beberapa cerita burung Sumba Timur menyebutkan, sekitar tahun 1927 masih ditemukan satu mulimongga di Desa Komba Pari Kecamatan Lewa, kemudian juga di Kecamatan Mangili, bahkan ada marga Mangili menyebutkan bahwa mereka turunan mulimongga. Sekitar 25 tahun yang lalu di Desa Watumbelar, kecamatan Lewa dikhabarkan ditemukan rangka manusia yang tinggi bad
4

    Di Kecamatan Kodi Sumba Barat Daya, dekat tanjung Keroso ada nama tempat Maghurumba.Diyakini di sinilah kuburan manusia raksasa yang angker, kerena itu kalau liwat ke situ tidak boleh menyebut-nyebut namanya agar tidak mendapat bencana. Di Sumab Timur ada juga tempat yang disebut Meurumba, namun secara etimologis/etiologis nama itu mengandung arti kucing hutan raksasa yang merupakan gambaran singa dan harimau , sehingga besar kemungkinan di Sumba pernah hidup singa, harimau dan gajah. (Baca: Belum Saatnyakah Teori Wallace Itu Ditinjau Kembali?/Frans W. Hebi, Dian no.5 Th XI, 10-8-1984).

    Ada jenis raksasa lain dalam cerita Kodi yang disebut lengga ghughu (kuku panjang dan lengkung) yang ada kesamaannya dengan raksasa Jawa 600.000 tahun yang lalu. Lengga Ghughu sudah bisa bertutur kata secara sempurna tetapi masih bodoh sehingga diperdaya oleh dua anak kecil yang ibunya dibunuh raksasa itu. Lengga Ghughu membakar ubi di bawah pahon, sementara dua anak malang berada di atas pohon. Semua ubi yang kecil dimakan lebih dahulu oleh raksasa tadi, yang besar ditaruh di belakang. Anak-anak menjolok semua ubi yang di belakang. Ketika raksasa berpaling ke belakang untuk mengambil ubi-ubi yang besar, ternyata tidak ada satupun yang tersisa.

    Raksasa yang bodoh mencurigai semua anggota tubuhnya kalau-kalau mereka yang berbuat curang. Ditanyainya satu per satu kemudian dijawab sendiri olehnya. Misalnya, “belakang, kaukah yang mencuri ubi saya?”. “Tidak, saya malaham berkorban ditimpa matahari ketika kau menggali ubi”, sendiri menjawab. Setelah semua anggota tubuh ditanyai, kecuali pantat, Lengga Ghughu berkesimpulan bahwa pantatlah yang berbuat curang, dan karenanya tidak perlu ditanyai lagi. Dia meruncing batang tamiang yang ujungnya dimasukkan ke pantat seraya menusuk-nusukkannya hingga tewas.

   Masih banyak cerita raksasa Sumba. Darimana makhluk-makhluk itu? Sebenarnya bukan hanya Sumba yang memiliki mitos tentang manusia raksasa. Hampir di seluruh dunia. Di India namanya Yeti, di Cina Meh-The, Kaptar dari Rusia, Alma dari Mongolia, dan Bigfoot dari Amerika Utara.

   Menurut para ahli purbakala, empat kali bumi mengalami pencairan es. Jaman es pertama dimulai 600.000 hingga 500.000 tahun yang lalu. Jaman es kedua, 480.000 hingga 420.000. Jaman es ketiga dan keempat (terakhir) berlangsung antara 230.000 – 180.000, dan 180.000 – 10.000 tahun yang lalu. Dalam keadaan es manusia purba cenderung mencari daerah yang lebih panas antara lain ke Indonesia yang kerika itu masih sedaratan dengan benua asia. Dapat dimengerti mengapa begitu banyak fosil manusia purba di Indonesia, khususnya di Jawa seperti Manusia Solo (Homo Soloensis), Manusia Trinil, Manusia Sangiran, dan Manusia Majokerto.

   Kiranya menusia-manusia inilah yang dimitoskan dan dijelmakan dalam dongeng-dongeng orang Sumba. Raksasa Jawa misalnya, ditafsirkan hidup antara 600.000 – 543.000 tahun yang lalu (jaman es pertama), ternyata seumur dengan Manusia Australopithecus Boisei di Tanzania Afrika Selatan hasil temuan Dr. Leaky.


5

     Contoh lain, gajah yang disebut-sebut dalam dongeng Sumba, ternyata bukan sekadar dongeng. Pada 26-8-1978 tim peneliti dari Pusat Penelitian Arkheologi Nasional Jakarta yang terdiri dari Dr.R.P.Soejono Rokhus Due Awe, Agung Sukardjo, Suroso, serta Dr. Sartono dari Departemen Geologi Institut Teknologi Bandung, menemukan mandibula (rahang) gajah. Stegedon ini ditemukan di Watumbaka 14 km dari Waingapu. Oleh Sartono dalam artikelnya, “Penemuan Fosil Stegedon di Pulau Sumba (NTT)” dinamakannya Stegedon Sumbaensis. Itu merupakan rentetan penemuan stegedon Sompoensis Sulawasi (1964), Stegedon Timorensis dari Timor (1969), Stegedon Trigonocephalus Florensis dari Flores (1975), dan Stegedon Mindanensis dari Mindanau Filipina. (Amerta Berkala Arkheologi Nasional Jakarta 1981, hl. 54)

    Mendahului penemuan di Watumbaka, pada tahun 1977 di kecamatan Lewa, ketika Kornelis Ng. Bani menggali sumur, dia menemukan fosil gajah pada kedalaman 4,64 meter. Begitu pula ketika menggali sumur yang dekat sumur lama pada tahun1981 dan 1982 lagi-lagi dia menemukan fosil yang sama dengan gadingnya dalam bentuk mini. Fosil-fosil ini dikirim ke Jakarta untuk diteliti. Kornelis menyimpan satu gigi geraham dengan ukuran 75 mm, tinggi 80 mm dan lebar 30 mm.

    Dari Jakara lewat Kepala Bagian Kebudayaan Kab. Sumba Timur, Panji Manu, diperoleh berita bahwa fosil di Lewa menunjukkan jenis gajah kerdil yang hidup 45.000 tahun yang lalu, dan di tempat penemuan itu dulunya rawa-rawa. Hasil temuan fosil gajah baik di Watumbaka maupun di Lewa, termasuk Stegedon- Stegedon di Indonesia Timur lainnya, sebenarnya membuktikan bahwa teori Wallace yang dikenal dengan garis khayalnya yang membagi dunia fauna Indonesia bagian Barat dan Indonesia bagian Timur tidak berlaku lagi.

    Jika temuan rangka purba di Kecamatan Rindi Kab. Sumab Timur tahun 2005 lalu membawa hasil, berarti Homo Sumbaensis akan menambah khazana perfosilan di Indonesia. Selain itu apa yang menjadi mitos selama ini akan menjadi kenyataan seperti halnya dengan dongeng tentang gajah. Tapi, hingga saat ini belum ada berita balik, baik dari Bandung maupun dari Jakarta tentang hasil penelitian tersebut.


           UMUM INFORMASI Pulau Sumba
    Sumba pulau memiliki rasa hormat posisi yang bagus dan unik untuk Sunda Banda kepulauan, adalah salah satu pulau terbesar di wilayah Nusa Tenggara Timur di samping Flores dan Timor. Ini merupakan sepotong terisolasi dari kerak benua kemungkinan di sebelah selatan pulau vulkanik aktif (Sumbawa, Flores) dalam cekungan busur (Gambar 1). Hal ini terletak di sebelah utara bagian dari Palung Jawa (depan subduksi) ke Timor Melalui (depan tabrakan). Ini tidak menunjukkan masih efek dari kompresi yang kuat berbeda dengan pulau-pulau dari sistem busur luar (Sawu, Roti, Timor), sedangkan unit magmatik membentuk bagian penting dari Akhir Kapur sampai Paleogen stratigrafi.
6
     


    Sumba pulau meliputi area seluas 11.150 km persegi yang sekarang dihuni oleh sekitar 350.000 orang. Umumnya iklim mirip dengan bagian lain di Indonesia di mana musim kemarau (Mei sampai November), dan musim hujan (Desember sampai April). Pulau Sumba terkenal sandlewood nya, kuda, kuburan megalitik yang mengesankan, tekstil tenunan tangan khas ("ikat"), dan pantai yang indah masih tak tersentuh. Ada dua titik yang masuk ke Sumba pulau dari mana saja di Waingapu Kecil & Waikabubak (Tambolaka). Inilah orang-orang bisa masuk untuk Sumba baik dengan penerbangan atau perahu.
      Pulau sumba panas
   suatu pulau yang keramat, jauh di lautan, pulau Mengkudu, namanya. Pulau itu “panas”, artinya ada suasana jahat di sana, menakutkan. Orang perempuan dilarang pergi ke sana. Kata orang, kalau perempuan pergi ke sana, mereka akan mati. Seorang raja membawa isterinya ke sana memancing. Begitu isterinya mendarat di pulau untuk bermalam, dia jatuh sakit dan meninggal. Si raja itu memanggil seorang dukun yang mengetahui daya sihir, lalu pulau itu ditenangkan kembali. Ada keanehan lain, menurut nelayan, ada suatu teluk di Mengkudu, di tempat itu terdapat banyak bangkai penyu yang besar dan tua sekali, mungkin sampai umur 150 tahun. Ada yang sudah membusuk tetapi ada banyak yang tidak dimakan walaupun ada banyak pemakan bangkai di sana. Seolah2 tempat itu seperti perkuburan penyu.
   Saya mulai belajar tenun waktu saya S.D. Kami belajar tenun untuk membiayai sekolah, dengan menjual hasil tenun kepada pedagang Cina dari Waingapu. Kami mulai belajar cara memutar benang, lalu belajar mewarnakan benang dari akar kombu dan daun2. Setelah kami tahu mengolah warna asli menjadi warna yang sudah diwarnabirukan dan merahkan, kami mulai belajar tenunan polos, kemudian kami mulai membuat gambar bunga, dan setelah itu kami mulai dengan gambar kecil, yang menurut adat istiadat harus kami abadikan.
    Jadi kami mulai mengerjakan dengan gambar kura2, ikan, mamuli, dan andung – itu gambar rumah2 adat. Kami belajar dengan bimbingan dari yang sudah tua dalam kampung kami.
   Pentingya lambang kura2 bagi kami sehingga kami mendahulukan dalam waktu belajar yang pertama, karena dia merupakan simbol yang paling awal yang harus bisa kami kerjakan, kura2 ini mempunyai tradisi tersendiri bagi kami. Pada waktu upacara adat, misalnya pada waktu kami ikutserta dalam tarian Sumba, harus kami memakai kain ini.
  
7


     Yang kedua kami mempunyai simbol sejarah dengan Hai Kara Wulang. Menurut kami itu, Kara Wulang itu didominasikan dengan bulan, karena kami bisa lihat dari bulan, bagaimana kura2 itu naik ke pasir.
    Kami tahu pada sa’at ini, pasti kura2 naik ke pasir dan kami pergi mencarinya. Jadi kami lihat dari simbol bulan, jadi menurut kami, kara wulang mempunyai tradisi yang sangat kuat.
   Dalam rangka upacara, misalnya meninggalnya raja kami , waktu dikuburkan, mendekati upacara pemakaman, mereka sering dipakai, mereka duduk mengelilingi rajanya, dan mereka harus memakai, hai kara. Yang kedua, pada waktu upacara pernikahan, lelaki memakai sarung, sedangkan perempuan memakai hai kara. Juga kalau membina adat istiadat apapun, dia harus memakai ini mamuli, yaitu simbol kerajaan. Bentuknya mamuli bukan bunga, ‘tapi aslinya dari nenek moyang dulu, agak sulit untuk dijelaskan artinya.
    Pasola sabagai adat istiada pulau Sumba

     Pasola adalah nama sebuah turnamen game perang yang dimainkan oleh dua kelompok pria Sumba yang dipilih. Mereka menunggang kuda berhias yang dipilih mereka melemparkan tombak kayu satu sama lain. (Pemerintah memungkinkan permainan ritual berlangsung, tetapi tombak banyak tumpul). Pasola adalah upacara tradisional Sumba diadakan di jalan norma tradisional dan unik sympathically, setiap tahun pada bulan Februari dan Maret dan telah menjadi fokus perhatian masyarakat karena merupakan bagian dari homoge suci dengan Marapu.

      Pasola adalah, di atas segalanya, ritual yang paling menarik dari Sumba-mana lagi di dunia dapat Anda lihat penunggang kuda berwarna berusaha membunuh satu sama lain? Di mana lagi di dunia dapat Anda lihat penumpahan darah, yang hilang dan mata, dan kematian sesekali mewarnai acara tersebut dan menjadi bagian dari permainan?. Upacara terjadi selama Februari di Lamboya dan Kodi dan selama bulan Maret di Gaura dan Wanukaka. Kegiatan utama dimulai beberapa hari setelah bulan purnama dan bertepatan dengan kedatangan tahunan ke pantai cacing laut aneh, dan multihued - nyale. Tanggal yang tepat dari acara tersebut diputuskan oleh Rato selama podu wula (bulan Pasola bulan puasa).
 

8




    Pasola berasal dari Sola dunia atau Hola berarti semacam tongkat kayu panjang digunakan sebagai tombak untuk melemparkan satu sama lain oleh dua kelompok lawan pasukan berkuda. Kuda-kuda digunakan untuk ritual ini biasanya dikuasai oleh orang-orang yang dipilih berani dan terampil memakai customes tradisional. Dalam arti yang lebih luas dan lebih dalam Pasola benar-benar tidak hanya sesuatu yang layak melihat di tapi juga sesuatu yang layak menghargai, karena masih ada unsur-unsur lain terikat erat di belakangnya. Masyarakat Sumba percaya bahwa ritual memiliki link yang sangat dekat dengan kebiasaan orang-orang karena mengatur perilaku dan kebiasaan masyarakat sehingga kondisi seimbang antara fisik - kebutuhan material dan mental spiritual kebutuhan dapat dengan mudah dibuat, atau dengan kata lain ritual tersebut diyakini mampu mengkristal kebiasaan dan pendapat dari masyarakat sehingga mereka dapat hidup bahagia baik di bumi dan di surga. Selain itu, Pasola ini juga diyakini memiliki hubungan dekat dengan kegiatan di lapangan pertanian, karenanya setiap pertumpahan darah (ternak kurban atau laki-laki berpartisipasi dalam permainan) dianggap sebagai simbol kemakmuran yang harus ada. Tanpa darah Pasola berarti apa-apa kepada mereka. Mereka yang mati di arena Pasola diyakini telah melanggar hukum tradisi selama bulan puasa. Pasola yang selalu mengambil risiko, bagaimanapun, adalah diterima oleh masyarakat dengan cara yang sangat ramah dan sportif.


                 Cerita Terjadinya Pasola
    Darah, Keringat dan Ceria
     Ketika cacing berubah, lalat tombak dan arus darah di pulau paling liar dari Indonesia, di mana pengayauan adalah biasa dan pengorbanan appeases para dewa yang mengirim cacing laut untuk kegilaan magis seks di ombak yang membuat Sumba aman untuk satu tahun lagi
  SETELAH membuat sayatan PANJANG NYA, IMAM ATAS mendorong selain organ berdarah dan menunjukkan bahwa saya harus melihat lebih dekat. Bulu mengisi udara, yang berbau kematian. Kutukan voodoo datang ke pikiran ketika saya muntah penolakan saya dan rekan ke dalam luka menganga.

   Masih mencengkeram pisau berdarah, teriakan imam, dan aku melompat pergi. Pemandu saya terkekeh, kemudian menerjemahkan mantera imam. "Dia mengatakan tanda-tanda yang baik Sekarang festival dimulai.."



9

   Barulah nanti, setelah berbaris di bawah sinar bulan ke laut dan berenang di gelombang mencari cacing, setelah menonton prajurit pada pertarungan kuda dan jatuh dalam hujan bambu runcing, dan setelah pengorbanan ayam masih lebih dan kerbau, bahwa saya memperoleh wawasan apapun ke dalam apa imam lihat dalam isi perut.

   Pada saat itu, pertempuran sudah berakhir dan para prajurit yang menjilati luka mereka. Pasola diproklamasikan sukses besar. Darah yang cukup telah tertumpah untuk menyatakan lain panen padi bumper. Sumba telah diselamatkan.
     Itulah siklus kehidupan di atas Sumba, di mana mengamuk Pasola Festival pertempuran di tanah liar yang belum pernah dijinakkan. Pulau cendana adalah apa yang disebut Belanda Sumba, sebuah pulau kecil di Indonesia pihak Australia Flores dan Sumbawa. Sumba disediakan budak - piala dari perang suku - serta kayu, tetapi menegur semua upaya penjajahan. Belanda tidak berhasil kehadiran di pulau itu sampai abad ke-20.
   Perang adalah jantung dan jiwa dari Sumba. Pasola adalah besar jousting gratis-untuk-semua yang mengambil nama dari sola, kata untuk tombak. Pasola didahului oleh pajura, tinju kontes, sementara beberapa host vilages kompetisi di mana kontestan bertukar pelecehan verbal berjam-jam.

   Tidak ada seorangpun yang tahu kapan Pasola dimulai, atau tepatnya ketika akan berlangsung setiap tahun. Pariwisata pejabat di Jakarta dan bermegah Bali kecemerlangan Pasola, kemudian mengakui bahwa mereka belum pernah melihatnya. "Ini suatu Maret Jangan khawatir.. Hanya mendapatkan ke Bali. Mereka akan tahu."

    Lalu, ia berbisik peringatan di telingaku. "Sesuatu tentang menonton roh," kataku fotografer saya nanti. "Dia juga menyebutkan bahwa kita harus menunggu cacing di bawah sinar bulan."

   Jadi, kami meninggalkan Bali jauh sebelum bulan purnama, dan menuju timur sepanjang kalung pulau yang memikat para migran Cina pertama menuruni ribuan rantai Bahasa Indonesia dari tahun lalu. Sekelompok Barkers menunggu di luar bandara di Waingapu, ketika kami mendarat di Sumba Timur. Mereka menawarkan wahana mahal dan penginapan. Dan informasi, semua bertentangan.
   Bukan berarti kita diharapkan untuk menemukan banyak membantu di Sumba Timur, yang menganggap dirinya sebagai entitas yang terpisah dari sisi lain pulau. Sumba terbagi di tengah. Sumba Barat adalah tropis, Asia. Timur adalah sulit dan kering, dataran mirip dengan Australia. Masing-masing pihak memiliki fauna sendiri beragam, satwa liar dan bahasa, tapi perbedaan akan semakin banyak. Sumba Timur memiliki gereja, bandara, dan Ikat, kain tenun yang terkenal di seluruh dunia.


10
 
   Palang Sumba, dan Anda di Wild West. Kalah dibandingkan tidak pernah tertangkap di sini, tapi berburu kepala lakukan. Pohon tengkorak duduk di tengah desa Zaman Batu. Sumba Barat menahan banyak hal suci dari masa lalu, termasuk animisme, pengorbanan hewan, darah merah sirih, dan Pasola.

    Batu nisan besar pada dataran tinggi yang indah menandai tempat peristirahatan terakhir para pahlawan masa lalu Pasola ini. "Untuk mati dalam Pasola adalah kehormatan terbaik," seorang pria mengaku hampir ompong yang melangkah keluar dari sebuah gubuk bambu di pantai dekat Wanokaka. Selama berminggu-minggu, katanya, ia telah dipaksa untuk menahan diri dari memancing. "Tabu," jelas panduan muda saya, Philipus Renggi.
   Bahkan, seluruh pantai secara tradisional tabu pada hari-hari sebelum hiruk pikuk Pasola. Ada cerita dari keluarga yang dibunuh oleh monster, seluruh desa hancur setelah melanggar kesucian Pasola.
   Namun, pantai telanjang cetakan lainnya. Bahkan para imam telah berkunjung ke pantai, puncak menyelinap di nyale sulit dipahami. Ini seaworms kecil yang menjadi fokus festival. Biasanya, Nyale berkembang biak dengan tunas, tetapi pada satu hari saja setelah bulan musim dingin penuh, mereka tersapu yang hiruk-pikuk percabulan. Cacing terlihat sebagai tanda dari para dewa. Lemak nyale berarti tanaman padi kaya. Nyale tipis atau rapuh dapat menunjukkan banjir atau kelaparan.

    Apapun pesan, arrivale dari nyale akan memberikan sinyal awal Pasola, Sumba bentuk unik dari jousting. Darah yang tumpah untuk menenangkan atau menenangkan para dewa, mana cara cacing berubah. Pada zaman dahulu, ladang berubah merah dari pembantaian. Saat ini, tombak bambu tumpul untuk menghindari pertumpahan darah yang berlebihan. Dan ada juga wasit dan polisi Pasola.

   "Pasola telah berubah. Sudah ada penekanan pada pariwisata selama empat tahun terakhir," kata Patti Seery, seorang penggemar seni Asia yang menghabiskan sembilan tahun di Indonesia. "Ini memalukan, tapi tak terelakkan. Sumba begitu unik Banyak yang berubah, tetapi bukan kebudayaan itu sendiri.."

   Memang, ada presisi tertentu untuk masa kini Pasola Sumba yang memungkiri itu berdebu jalan, gubuk beratap jerami dan ritual berdarah. Sebuah kinerja besar diadakan satu pra-Pasola malam di Waikabubak, kota utama di Sumba Barat. Sejumlah hewan yang dikorbankan di desa.









11

   Jauh sebelum fajar pada hari berikutnya, kita meninggalkan Waikabubak dan memulai perjalanan panjang ke laut. Baru peziarah menambah kerumunan di setiap kesempatan. Ada yang bernyanyi, "wu, wu," panggilan dari worm.

   Bintang-bintang masih berkedip di langit hitam ketika kita mencapai air. Kerumunan itu berhenti di pantai, sementara para imam menggaruk dengan tongkat di tanah, mencari tanda-tanda roh-roh. Mereka nyanyian dan kemenyan taburi. Ayam lebih banyak dikorbankan.

   Sementara rato (imam) kerumunan di sekitar ayam yang tersisa, tetua rokok kretek ringan, rokok kretek pedas. Lama wanita bahagia chomp sirih narkotika. Kami menunggu. Dan menunggu.

   Setelah beberapa jam, rato yang menarik atas sarung dan scurries ke laut. Orang banyak mengaduk. Lain percikan rato ke ombak dan mereka mengintip ke dalam gelombang, kemudian kembali ke pantai.


   Ada tiga laporan yang salah sebelum imam menemukan apa yang mereka cari di laut. Sekarang, langit melesat dengan cahaya oranye. Satu rato mencapai ke dalam air dan menarik sebuah segenggam apa yang tampak seperti kotoran. "Cacing," kata Renggi semangat. Rato mencapai tangannya tinggi ke udara dan meledak dengan sorak-sorai orang banyak. Akhirnya, Pasola telah dimulai.

    Kami pindah ke lapangan terdekat dan menyaksikan pengendara dan gunung perlahan tiba. Mereka datang dalam kelompok dua atau tiga, selama satu jam penuh, sampai lebih dari seratus pengendara pita dihiasi dibagi pada ujung-ujung lapangan.

    Bolak-balik mereka kecepatan. Beberapa berhenti untuk mempertajam bambu runcing diam-diam di antara bebatuan. Lainnya menyesuaikan ornamen tanpa henti. Ketidaksabaran mereka adalah lezat. Tapi Pasola bergerak ke ritme kuno. Pertama, ada pengorbanan yang lebih, dan mantra. Sekali lagi, para dewa dikonsultasikan dan, akhirnya, ketika tanda-tanda benar, tombak terbang.











12


    Sebuah permainan umpan panjang dan tipuan dimulai. Setiap tim mencoba untuk memikat lawan ke posisi rentan. Aksi ini adalah sengit dan melelahkan. Akhirnya, prajurit berani atau nekat mencoba bergerak berbahaya. Spears menemukan tanda itu, dan pengendara jatuh. Satu mengambil tusukan menyakitkan di bahu. Seekor kuda yang dipukul di paha.

    Orang banyak berteriak dengan haus darah marah. Polisi menggunakan tongkat untuk menahan mereka sejalan, tetapi lonjakan mengancam. "Kadang-kadang itu berakhir seperti kerusuhan," Seery telah memperingatkan sebelumnya. "Orang banyak jadi gila dan mulai melemparkan batu."

   Tahun pertama polisi datang untuk mengontrol Sumba itu gairah Pasola, cacing gagal datang dalam gelombang. Imam merasakan kehadiran wisatawan memiliki nada mengancam. Untuk menenangkan para dewa, mereka memutuskan untuk mengorbankan beberapa wisatawan. Ketika polisi turun tangan, sebuah kerusuhan besar-besaran pun terjadi dan banyak orang tewas.



  




13

    "Itu Pasola indah," kenang Rato, sopir saya, dengan senyum lebar. Saya tidak pernah tahu apakah dia serius, karena beberapa saat kemudian, peluit pukulan, dan Pasola tiba-tiba berakhir. Skor tersebut sulit untuk memastikan. "Tidak ada pemenang atau pecundang," kata Seery. "Ini tidak seperti itu. Mereka berjuang bersama-sama dalam sebuah ritual untuk menjaga perdamaian."

   Tidak ada yang meninggal, tapi darah telah tumpah. Tenang, kerumunan itu menyaring kembali ke desa.

    Dua hari kemudian, masih bingung dengan mimpi Pasola kekerasan, saya berjalan ke sebuah toko antik di Waikabubak dan menemukan sebuah buku dalam bahasa Inggris, "Sumba, Budaya unik." Di antara peta dan mitologi spiritual, adalah panduan lengkap untuk membaca tanda-tanda pada hewan kurban.

   Sepanjang penerbangan kembali ke Bali, saya mempelajari diagram aneh. Sekali lagi, sebuah harmoni aneh perlahan-lahan mengambil bentuk, seperti keluar di lapangan ketika tombak terbang dan suara kaki kuda dan keluhan perang memenuhi udara. Saat aku tertidur, mimpi saya tidak pengorbanan atau kegilaan darah, tetapi sebuah perdamaian yang aneh ditakdirkan berlaku sampai Pasola berikutnya.

    Pasola Sumba Barat


   Pasola diselenggarakan di Sumba Bagian Barat setahun sekali. Hal ini diadakan di beberapa desa secara bergiliran, dimulai pertama di Lamboaya dan Kodi daerah pada Februari. Sementara Wanokaka helds Pasola pada Maret. Pasola diselenggarakan di lapangan Pasola ditonton oleh semua anggota Kabisu dan Paraingu (klan dan desa) dan pengunjung.

    Hanya orang bergabung Pasola. Mereka yang bergabung Pasola harus memiliki dua kemampuan dasar, menunggang kuda dalam kecepatan penuh tanpa menggunakan pelana apapun dan dalam waktu yang sama mereka harus berhasil membuang "hola" tombak untuk lawan mereka. Pasola adalah klimaks dari ritual animisme berbagai pesta Nyale (panen cacing laut).

    Pasola berasal dari dua kata yang terpisah. Sola atau Hola berarti tombak (tumpul tongkat kayu) dan Pa berarti permainan. Jadi, Pasola berarti permainan melemparkan tombak dilakukan oleh dua kelompok terpisah pengendara kuda di bidang Pasola sebagai klimaks ritual Nyale.
Ratusan pengendara kuda dan penonton dari klan yang berbeda akan berpartisipasi dalam Festival Pasola. Kelompok-kelompok pengendara kuda akan dikelompokkan menjadi dua. Setiap kelompok secara bergiliran akan berjalan kuda secepat mungkin terhadap kelompok lawan dan melemparkan tombak dengan harapan untuk menyerang lawan baik pengendara kuda atau kuda. Kuda jatuh atau kuda Ridder tidak diperbolehkan untuk diserang.
14
Kisah Pasola
Tidak ada yang tahu ketika Pasola pertama diadakan. Tapi ada cerita tentang berbagai Pasola. Yang terkenal adalah versi dari Waiwuang. Dulu diyakini ada tiga bersaudara dari Ngongo Tau Masusu, Yagi Waikareri dan Umbu Dula mengatakan kepada sesama Praingu (desa) bahwa mereka akan pergi memancing untuk beberapa hari tetapi tujuan utama mereka adalah untuk berlayar ke Sumba Timur untuk mencari beras. Waktu telah berlalu tapi ketiga saudara tidak muncul di desa maka orang menganggap mereka semua mati di laut. Upacara pemakaman diadakan untuk mereka.

Dengan berjalannya waktu, Rabu Kaba janda jatuh Dula Umbu cinta dengan Teda Gaiparona seorang pria dari Kodi. Namun hubungan cinta bertentangan dengan kostum lokal. Kemudian pasangan yang penuh kasih memutuskan untuk melakukan lari menjauh pernikahan. Teda Gaiparona membawa Rabu Kaba ke desanya di Kodi.

   Dengan momen kejutan hanya beberapa setelah Rabu Kaba berangkat ke Kodi, tiga bersaudara kembali ke desa dengan nasi. Para warga desa menyambut mereka dengan penuh sukacita. Pada saat yang sama Umbu Dula meminta istrinya. Tapi hanya untuk mendapat jawaban bahwa Rabu Kaba telah dibawa pergi oleh seorang pria dari Kodi. Kemudian tiga bersaudara memimpin warga desa untuk berjalan setelah Rabu Kaba. Pasangan pelarian ditemukan di lereng gunung Bodu Hula. Sayangnya Rabu Kaba tidak ingin kembali ke Umbu Dula.
15



   Umbu Dula Teda Gaiparona kemudian diminta untuk mengkompensasi mahar yang telah dibayarkan kepada keluarga Rabu Kaba itu permintaan yang disepakati oleh Teda Gaiparona. Pernikahan antara Rabu Kaha kemudian disusun atas pembayaran ganti rugi mahar untuk Umbu Dula. Pesta pernikahan juga dihadiri oleh masyarakat Waiwuang.

   Setelah menyelesaikan pesta pernikahan, keluarga Teda Gaiparona kemudian meminta rakyat Waiwuang untuk upacara Nyale diadakan yang mencapai puncaknya dengan Pasola Festival. Festival ini diusulkan untuk mengkompensasi kesedihan rakyat Waiwuang dalam hilangnya istri Umbu Dula ini. Sejak itu rakyat Waiwuang festival Pasola diadakan secara teratur.

   Kisah ini mengajarkan orang bahwa sengketa dapat diselesaikan melalui negosiasi. Pasola sendiri merupakan jenis penyelesaian krisis melalui "Bellum pacificum" - sebuah perang damai melalui permainan. Ada lawan, darah dan mungkin kematian yang disebabkan oleh tombak dilemparkan. Pertumpahan darah dalam permainan Pasola diyakini akan menyehatkan tanah memberikan panen yang baik bagi orang-orang yang memegang Pasola.














17


Perang-perangan menggunakan kuda dan tombak di Pulau Sumba siap digelar pada Februari hingga Maret 2012. Para wisatawan pun mulai berbondong-bondong mendatangi Pulau Sumba guna mengaksikan dari dekat bagaimana hebatnya perang-perangan yang dikenal dengan sebutan Pasola itu.
Pasola sendiri merupakan aksi perang-perangan yang dilakukan dua kelompok berbeda sambil berkuda. Setiap kelompok terdiri dari 100 pemuda, bahkan lebih bersenjatakan tombak yang ujungnya dibiarkan tumpul. Biasanya, dilakukan pada pukul 08.00 hingga 12.00 WITENG.
Acaranya ini bener-benar seru dan sangat menantang sekaligus mengerikan. Karena tidak jarang pasukan di kedua belah pihak ada yang menjadi korban, mulai dari luka ringan, luka berat hingga meninggal dunia. Namun, menurut keyakinan masyarakat setempat, semakin banyak korban berjatuhan, maka semakin bagus ujud ritualnya. Alasannya? Korban-korban itu mengindikasikan bahwa hasil usaha atau panen mereka di tahun berikut pasti akan melimpah. Aneh kan? Itu sebabnya banyak wisatawan dan ilmuwan ingin menyaksikan dari dekat, sekaligus meneliti apa yang melatari kepercayaan tersebut.



                                                                                                                                                                                         19


Di tahun 2012 ini, jadwal Pasola di Kabupaten Sumba Barat Daya sudah ditetapkan oleh para Rato Pasola dalam pertemuan yang difasilitasi Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya di Kantor Camat Kodi pada Senin (27/01/12).
Para Rato yang hadir dari Kampung Mbokubani, Wainyapu dan Tossi. Dipertemuan itu juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya, Drs Yohanes Bora, M.pd, Camat Kodi, Perwakilan dari Kantor camat Kodi Bangedo, Sekcam Kodi Utara dan para kades, serta tokoh adat tempat berlangsung Pasola. Mereka bersepakat, pelaksanaan kali ini harus tetap mempertahankan kesakralan dan keaslian atraksi Pasola.

JADWAL PASOLA KODI 2012
13/02/2012 : Pasola Homba Kalayo,Kec. Kodi Bangedo.
15/02/2012: Pasola Bondo Kawango, Kec. Kodi.
16/02/2012: Pasola Rara Winyo, Kec. Kodi. 
16/03/2012: Pasola Wainyapu, Kec. kodi Balaghar.
Sejak diumumkannya jadwal Pasola ini, para wisatawan mulai berdatangan. Kamar-kamar hotel di Kabupaten Sumba Barat mulai dipenuhi tamu dari luar.  Bahkan sebagian wisatawan ada yang sudah menginap di rumah-rumah penduduk.
By. J. MENGI